src='http://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.3.2/jquery.min.js' type='text/javascript'/>

Kamis, 25 Oktober 2012

Indonesia, negeri kaya keanekaragaman budaya mulai dijajah bahasa



                                                                                                                      
             Mungkin ini merupakan salah satu penyebab bergesernya nilai- nilai berbahasa Indonesia dengan baik dan sesuai EYD. Keanekaragaman budaya, serta bahasa inilah yang sedikit mempengaruhi cara berbicara masyarakat Indonesia. Kita contoh saja bahasa betawi. Bahasa yang terkesan kasar tapi asik ini yang dulu sering di gunakan masyarakat yang tinggal diIbukota. Entah siapa, kapan, dan darimana kata “gue” dan “lo” berasal, tapi yang jelas kata itu memang sudah tidak asing lagi di telinga kita. “Gue.. lo.. , lo… gue”. Kata yang sering muncul pada film “benyamin, si Doel anak Betawi, dll ini membuat percakapan lebih terkesan santai dan tidak formil.
                Menurut penulis, bahasa yang sesuai EYD sangatlah kaku, sehingga tidak cocok untuk bahasa komunikasi. Karena pada dasarnya bahasa merupakan alat untuk meluapkan pikiran maupun perasaan. Jadi untuk berkomunikasi masyarakat lebih memilih untuk menggunakan bahasa yang lebih santai, fleksibel, dan lebih ke diri sendiri(apa adanya).
                Berbicara mengenai diri sendiri, inilah yang penulis akan bahas pada tulisan ini. Masyarakat khususnya remaja yang sedang mengalami proses pendewasaan inilah yang sering menggunakan bahasa yang terkesan lebih “gue banget”. Cara mereka berkomunikasi dengan sesamanya akan melupakan aturan- aturan berbahasa yang baik dan benar. Karena dengan cara itu mereka akan tampak seperti anak muda gaul zaman sekarang. Bahasa gaul ini menyebar paling cepat melalui media televisi. Jadi sudah tidak heran lagi, anak- anak di luar daerahpun akan berbahasa tidak jauh dari ini. Mereka yang masih labil, menonton acara kesayangan  mereka dan mendengar kata- kata gaul seperti itu lalu mempraktekkannya. Awalnya mungkin hanya untuk gurauan semata, tapi seperti pepatah “ala bisa karena terbiasa”   akhirnya mereka pun terbiasa dan menggunakan kata- kata gaul itu setiap harinya.
                Bukan cuma kata- kata gaul saja yang merusak tatanan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Bahasa asingpun turut menambah permasalahan ini. Bahasa asing / internasional seperti bahasa Inggris ini sering di campur adukkan dengan bahasa Indonesia. Memang sih penulis juga mengakui bisa berbahasa asing itu so cool / sangat keren. Mungkin pemikiran ini sama dengan anak- anak muda di Indonesia. Apalagi ditambah bahasa inggris adalah bahasa Internasional. Bahasa  ini sangatlah dibutuhkan untuk masa depan mereka nantinya. Loh kenapa demikian? Karena saat kita ingin bekerja di sebuah perusahaan asing  yang mereka lihat adalah kemampuan berbahasa asing terlebih dahulu. Kenapa ada tes toefl tetapi tidak ada tes bahasa Indonesia, ada tempat les berbahasa inggris tapi tidak ada tempat les berbahasa Indonesia dengan baik dan benar? Karena sebab- sebab diatas itulah bahasa Internasional ini sangatlah penting kaitannya dengan masa depan anak. Maka secara tidak langsung bahasa asing ini sudah sangat melekat pada bangsa Indonesia.
                Menurut penulis, adil bukan berarti sama. Adillah saat kalian bisa berbahasa baik dan benar, gunakan bahasa Nasional dan Internasional serta bahasa alay ataupun gaul pada tempatnya. Semoga kesadaran Nasionalisme seperti ini tertanam pada jiwa dan hati kalian semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar